Lampung Tengah: Makin hari harus makin piawai memainkan kartu politik yang dimilikinya.
Menjelang pemilihan ketua-ketua partai di level provinsi dan kabupaten/kota, banyak kejutan-kejutan muncul.
Salah satu nama yang sudah lama dianalisis adalah Ardito Wijaya, Bupati Lampung Tengah saat ini.
Beberapa partai besar jelas dalam proses pemilihan ketua partai di level provinsi, ada PAN, PDI Perjuangan, Demokrat, PKB, Gerindra, dan NasDem. Sementara PKS sudah memilih Ketua DPW Lampung yang jatuh kepada Ade Ibnu Utami.
Jika dianalisis, kemungkinan dari semua partai itu, Ardito hanya punya peluang untuk menjadi Ketua DPD Golkar Lampung dan PAN.
Mengapa? Karena PDI Perjuangan kecenderungan memilih dari kader internal meskipun kurang populer atau tidak menduduki jabatan publik, itu hal yang biasa yang penting kader inti.
Lalu PKB, partai ini nyaris mustahil lepas dari genggaman Chusnunia Chalim yang dua kali pilkada di Lampung selalu menjadi king maker.
Gerindra? Nyaris mustahil menggeser Gubernur Lampung saat ini Rahmad Mirzani Djausal (RMD), dan NasDem yang sudah dikunci oleh satu nama.
Sementara Demokrat masih berat untuk menggeser Edi yang merupakan kerabat dekat pengurus inti DPP Demokrat.
Paling mungkin adalah kursi ketua DPD Golkar Lampung dan PAN. Kalau mau lebih mulus, menjadi Ketua PAN Lampung bisa lebih cepat dan tidak keluarga banyak energi.
Sebaliknya, kalau mau lebih rumit, memang ambil alih Ketua DPD Golkar Lampung yang notabene banyak nama besar bertengger dan sudah start lebih dulu.
Manuver-manuver cerdas, kilat, dan silent memang perlu dilakukan untuk mengambil alih posisi ini.
Memang benar, Ardito secara trah merupakan keluarga besar Golkar dari ayahandanya. Tapi harus diakui, bergantinya rezim Golkar memerlukan tenaga tambahan untuk Ardito masuk dan bermanuver.
Hingga sebulan terakhir, celah masuk terus diupayakan untuk mengakses Golkar hingga akhirnya berhasil menembus jantung pertahanan.
Mengambil kursi partai level provinsi ini juga menjadi salah satu bagian untuk manuver politik lima tahun ke depan.
Seperti diketahui, jika tetap di PKB, Ardito dijamin hanya akan menjadi pion tuker tambah dan bagi oleh segelintir orang yang menguasai penuh pergerakan partainya.
Itu alasan utama Ardito mencari partai lain yang bisa menaungi, sekaligus bisa menjadikannya king maker dalam peta politik lima tahun ke depan.
Dan Ardito paham, agar tidak dipermainkan seperti pilkada 2024 lalu, ia mengambil opsi partai di level provinsi.
Karena jika hanya di level kabupaten/kota, peluang untuk diotak atik lebih tinggi (tapi tidak semua partai begitu). Dan jelas Ardito tidak mau mengulangi sakitnya pilkada 2024.
Oleh sebab itu, dengan masuknya Ardito secara resmi menjadi kader Partai Golkar, menjadikan peluangnya memimpin DPD Golkar semakin besar. Baik di level provinsi maupun kabupaten/kota.
Jika tidak bisa menggapai DPD Golkar Lampung, kursi DPD II Golkar Lamteng juga cukup empuk mengingat saat ini sebagai penguasa di parlemen di Lampung Tengah.
Tinggal kita lihat, kartu Ardito akan dimainkan di level provinsi atau di level kabupaten/kota.
Sekali lagi, kalau mau santai, kursi DPD II Golkar Lamteng sepertinya lebih mudah. Tapi kita tidak tahu, siapa tahu Ardito suka tantangan untuk merebut kursi DPD Golkar Lampung. Kita tunggu beberapa hari ke depan ya.(*)